BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori pemrosesan informasi ini didasari oleh asumsi bahwa
pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan.
Perkembangan merupakan hasil komulatif dari pembelajaran. Dalam pembelajaran
terjadi proses informasi, untuk diolah sehingga menghasilkan bentuk hasil
belajar.
Salah satu teori kognitif yang menjelaskan proses belajar
pada diri seseorang yang berkenaan dengan tahap-tahap proses pengolahan
informasi adalah teori pemrosesan informasi. Menurut teori ini proses belajar
tidak berbeda halya dengan proses menerima,menyimpan dan mengungkapken kembali
dengan informasi-informasi yang telah diterima sebelumnya. Genjala-gejala
tentang belajar dapat dijelaskan jika proses belajar itu dianggap sebagai
proses transformasi masukan menjadi keluaran. Berbagai pemahaman tentang
belajar telah benyak dikemukakan oleh para ahli dari berbagai aliran. Paparan
ini mencoba menyajikan pemahaman tentang belajar dari sudut pandang teori pemrosesan
informasi.
B. Rumusan Masalah
- Bagaimana sejarah munculnya konsep pemrosesan informasi oleh Gagne.
- Bagaimana konsep pemrosesan informasi menurut Gagne.
C.
Tujuan
- Sebagai bahan kajian mahasiswa.
- Memahami dan mendalami lebih jauh konsep pemrosesan informasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Konsep Pemrosesan Informasi oleh
Gagne
Robert Mills Gagne dilahirkan pada 21 Agustus 1916 di North
Andover, Sejarah model pemprosesan maklumat (mengikut pandangan tokoh) model
pengajaran pemerosesan. Peringkat-peringkat Robert Gagne (1985) adalah seperti
rumusan tentang pengertian Teknologi Pembelajaran telah mengalami beberapa
perubahan, sejalan dengan sejarah dan perkembangan dari teknologi pembelajaran
itu sendiri.
Teori
proses informasi yang berkaitan secaara langsung dengan proses kognitif. Teori
informasi memberikan persfektif baru pada pengolahan pembelajaran yang akan
menghasilkan belajar yang efektif. Dalam teori pengolahan informasi terdapat
persepsi, pengkodean, dan penyimpanan di dalam memori jangka panjang. Teori ini
mengajarkan kepada siswa siasat untuk memecahkan masalah.
Robert Gagne merupakan salah satu tokoh pencetus teori ini.
Teori ini memandang bahwa belajar adalah proses memperoleh informasi, mengolah
informasi, menyimpan informasi, serta mengingat kembali informasi yang
dikontrol oleh otak.
B. Konsep Pemrosesan Informasi
Teori belajar yang oleh Gagne (1988) disebut dengan
‘Information Processing Learning Theory’. Teori ini merupakan gambaran
atau model dari kegiatan di dalam otak manusia di saat memroses suatu
informasi. Karenanya teori belajar tadi disebut juga ‘Information-Processing
Model’ oleh Lefrancois atau ‘Model Pemrosesan Informasi’. Menurut Gagne bahwa
dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah
sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan
informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan
kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri
individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang
terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari
lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Diasumsikan, ketika individu belajar, di
dalam dirinya berlangsung proses kendali atau pemantau
bekerjanya sistem yang berupa prosedur strategi mengingat,
untuk menyimpan informasi ke dalam long-term
memory (materi memory atau ingatan) dan strategi umum
pemecahan masalah (materi kreativitas).Pengetahuan yang diproses dan dimaknai dalam memori kerja disimpan dalam memori jangka panjang dalam bentuk skema-skema teratur secara hirarkis. Tahap pemahaman dalam pemrosesan informasi dalam memori kerja berfokus pada bagaimana pengetahuan baru dimodifikasi. Pemahaman berkenaan dan dipengaruhi oleh interpretasi terhadap stimulus. Faktor stimulus adalah karakteristik dari elemen-elemen desain pesan seperti ukuran, ilustrasi, teks, animasi, narasi, warna, musik, serta video. Studi tentang bagaimana informasi diidentifikasi, diproses, dimaknai, dan ditransfer dalam dan dari memori kerja untuk disimpan dalam memori jangka panjang mengisyaratkan bahwa pendesainan pesan merupakan salah satu topik utama dalam pendesainan multimedia instruksional. Dalam konteks ini, desain pesan multimedia berkenaan dengan penyeleksian, pengorganisasian, pengintegrasian elemen-elemen pesan untuk menyampaikan sesuatu informasi. Penyampaian informasi bermultimedia yang berhasil akan bergantung pada pengertian akan makna yang dilekatkan pada stimulus elemen-elemen pesan tersebut. Proses penyeleksian, pengorganisasian, serta pengintegrasian elemen-elemen informasi tersebut disajikan oleh Gambar 2.
Dalam mengartikan penyampaian informasi dengan multimedia perlu dibedakan apa yang disebut dengan media pengantar, desain pesan, serta kemampuan sensorik. Media pengantar mengacu pada sistem yang dipakai untuk menyajikan informasi, misalnya media berbasiskan media cetakan atau media berbasiskan komputer. Desain pesan mengacu pada bentuk yang digunakan untuk menyajikan informasi, misalnya pemakaian animasi atau teks audio. Kemampuan sensorik mengacu pada jalur pemrosesan informasi yang dipakai untuk memproses informasi yang diperoleh, seperti proses penerimaan informasi visual atau auditorial. Sebagai contoh, suatu paparan tentang bagaimana sistem sesuatu alat bekerja dapat dipresentasikan melalui teks tertulis dalam buku atau melalui teks di layar komputer (dua media yang berbeda), dalam bentuk rangkaian kata-kata atau kombinasi kata-kata dan gambar (dua desain pesan yang berbeda), atau dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan (dua sensorik yang berbeda). Sebenarnya istilah desan pesan mengacu pada proses manipulasi, atau rencana manipulasi dari sebuah pola tanda yang memungkinkan untuk mengkondisi pemerolehan informasi. Penelitian telah menemukan bukti bahwa desain pesan yang berbeda pada multimedia instruksional mempengaruhi kualitas performansi (Pranata, 2004). Beberapa teori yang melandasi perancangan desain pesan multimedia instruksional ialah teori pengkodean ganda, teori muatan kognitif, dan teori pemrosesan ganda. Menurut teori pengkodean ganda manusia memiliki sistem memori kerja yang terpisah untuk informasi verbal dan informasi visual, memori kerja terdiri atas memori kerja visual dan memori kerja auditori. Teori muatan kognitif menyatakan bahwa setiap memori kerja memiliki kapasitas yang terbatas. Sedangkan teori pemrosesan ganda menyatakan bahwa penyampaian informasi lewat multimedia instruksional baru bermakna jika informasi yang diterima diseleksi pada setiap penyimpanan, diorganisasikan ke dalam representasi yang berhubungan, serta dikoneksikan dalam tiap penyimpanan (periksa Gambar 2). Temuan-temuan penelitian (Pranata, 2004) telah menguji kebenaran teori pengkodean ganda (dual-coding theory): terdapat dua buah saluran pemrosesan informasi yang independent yaitu pemrosesan informasi visual (atau memori kerja visual) dan pemrosesan informasi verbal (atau memori kerja verbal); kedua memori kerja tersebut memiliki kapasitas yang terbatas untuk memroses informasi yang masuk. Hal terpenting yang dinyatakan oleh teori muatan kognitif adalah sebuah gagasan bahwa kemampuan terbatas memori kerja, visual maupun auditori, seharusnya menjadi pokok pikiran ketika seseorang hendak mendesain sesuatu pesan multimedia.
Teori belajar yang oleh Gagne (1988) disebut dengan ‘Information Processing Learning Theory’. Teori ini merupakan gambaran atau model dari kegiatan di dalam otak manusia di saat memroses suatu informasi. Karenanya teori belajar tadi disebut juga ‘Information-Processing Model’ oleh Lefrancois atau ‘Model Pemrosesan Informasi’. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Menurut
Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu :
o Motivasi
o Pemahaman
o Pemerolehan
o Penyimpanan
o Ingatan
kembali
o Generalisasi
o Perlakuan
o Umpan
balik
Dalam
suatu kegiatan belajar, seseorang menerima informasi dan kemudian mengolah
informasi tersebut di dalam memori. Pemrosesan informasi dalam memori manusia
diproses dan disimpan dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu Sensory Memory,
Short-term Memory, dan Long-term Memory.
1.
Sensory Memory (SM)
Informasi masuk ke dalam sistem pengolah informasi manusia
melalui berbagai saluran sesuai dengan inderanya. Sistem persepsi bekerja pada
informasi ini untuk menciptakan apa yang kita pahami sebagai persepsi. Karena
keterbatasan kemampuan dan banyaknya informasi yang masuk, tidak semua
informasi bisa diolah. Informasi yang baru saja diterima ini disimpan dalam suatu
ruang sementara (buffer) yang disebut sensory memory. Durasi
suatu informasi dapat tersimpan di dalam sensory memory ini sangat
singkat, kurang dari 1/2 sekon untuk informasi visual dan sekitar 3 sekon untuk
informasi audio. Tahap pemrosesan informasi tahap pertama ini sangat penting
karena menjadi syarat untuk dapat melakukan pemrosesan informasi di tahap
berikutnya, sehingga perhatian pembelajar terhadap informasi yang baru
diterimanya ini menjadi sangat diperlukan. Pembelajar akan memberikan perhatian
yang lebih terhadap informasi jika informasi tersebut memiliki fitur
atau ciri khas yang menarik dan jika informasi tersebut mampu mengaktifkan pola
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya (prior knowledge).
2. Short-term Memory (STM) atau “Working Memory”
Short-term memory atau working memory berhubungan
dengan apa yang sedang dipikirkan seseorang pada suatu saat ketika menerima
stimulus dari lingkungan. Durasi suatu informasi tersimpan di dalam short-term
memory adalah 15 – 20 sekon. Durasi penyimpanan di dalam short-term
memory ini akan bertambah lama, bisa menjadi sampai 20 menit, jika
terdapat pengulangan informasi. Informasi yang masuk ke dalam short-term
memory berangsur-angsur menghilang ketika informasi tersebut tidak lagi
diperlukan. Jika informasi dalam short-term memory ini terus
digunakan, maka lama-kelamaan informasi tersebut akan masuk ke dalam tahapan
penyimpanan informasi berikutnya, yaitu long-term memory.
3.
Long-term Memory (LTM)
Long-term memory merupakan memory penyimpanan yang relatif
permanen, yang dapat menyimpan informasi meskipun informasi tersebut mungkin
tidak diperlukan lagi. Informasi yang tersimpan di dalam long-term memory
diorganisir ke dalam bentuk struktur pengetahuan tertentu, atau yang disebut
dengan schema. Schema mengelompokkan elemen-elemen informasi
sesuai dengan bagaimana nantinya informasi tersebut akan digunakan, sehingga schema
memfasilitasi akses informasi di waktu mendatang ketika akan digunakan
(proses memanggil kembali informasi). Dengan demikian, keahlian seseorang
berasal dari pengetahuan yang tersimpan dalam bentuk schema di dalam long-term
memory, bukan dari kemampuannya untuk melibatkan diri dengan elemen-elemen
informasi yang belum terorganisasi di dalam long-term memory.
Penyimpanan informasi dalam long-term memory dapat
diumpamakan seperti peristiwa yang terjadi pada penulisan data ke dalam disket
atau hardisk komputer atau pun perekaman suara ke dalam kaset. Kapasitas
penyimpanan dalam long-term memory ini dapat dikatakan tak terbatas
besarnya dengan durasi penyimpanan seumur hidup. Kapasitas penyimpanan disebut
tak terbatas dalam arti bahwa tidak ada seseorang pun yang pernah kekurangan
“ruang” untuk menyimpan informasi baru, berapa pun umur orang tersebut. Durasi
penyimpanan seumur hidup diartikan sebagai informasi yang sudah masuk di dalam
long-term memory tidak akan pernah hilang, meskipun bisa saja terjadi informasi
tersebut tidak berhasil diambil kembali (retrieval) karena beberapa
alasan.
Menurut teori Gagne, hasil pembelajaran merupakan keluaran
dari pemrosesan yang berupa kecakapan manusia (Human Capabilities) yang terdiri
atas:
1.
Informasi Verbal
Informasi verbal adalah hasil pembelajaran yang berupa
informasi yang dinyatakan dalam bentuk verbal (kata-kata atau kalimat) baik
secara tertulis atau lisan. Informasi verbal adalah berupa pemberian nama atau
label terhadap suatu benda atau fakta, pemberian definisi atau pengertian, atau
perumusan mengenai berbagai hal dalam bentuk verbal.
2.
Kecakapan Intelektual
Kecakapan intelektual adalah kecakapan individu dalam
melakukan interaksi dengan lingkungan yang menggunakan simbol-simbol. Misalnya
simbol-simbol dalam bentuk matematik, seperti penambahan, pengurangan,
pembagian, perkalian dan sebagainya. Kecakapan intelektual ini mencakup
kecakapan dalam membedakan (diskriminasi). Konsep intelektual sangat diperlukan
dalam menghadapi pemecahan masalah.
3.
Strategi Kognitif
Strategi kognitif ialah kecakapan individu untuk melakukan
pengendalian dan mengelola keseluruhan aktifitasnya. Dalam proses pembelajaran,
strategi kognitif ini kemampuan mengendalikan ingatan dan cara-cara berfikir
agar terjadi aktifitas yang efektif. Kalau kecakapan intelektual lebih banyak
terarah kepada proses pemikiran pelajar. Strategi kognitif ini memberikan
kemudahan bagi para pelajar untuk memilih informasi verbal dan kecakapan
intelektual yang sesuai untuk diterapkan selama proses pembelajaran dan
berfikir.
4.
Sikap
Sikap ialah hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu
untuk memilih berbagai tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain, sikap
dapat diartikan sebagai keadaan didalam diri individu yang akan member arah
kecenderungan bertindak dalam menghadapi suatu objek atau rangsangan. Dalam
sikap terdapat pemikiran, peradaan yang menyertai pemikiran, dan kesiapan untuk
bertindak.
5.
Kecakapan Motorik
Kecakapan motorik ialah hasil pembelajaran yang berupa
kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.
Dalam
pemrosesan informasi terdapat hambatan-hambatan. Berdasarkan (Cermak &
Craik, dalam Craik & Lockhart, 2002), hambatan teori pemrosesan informasi
antara lain:
o Tidak
semua individu mampu melatih memori secara maksimal
o Proses
internal yang tidak dapat diamati secara langsung
o Tingkat
kesulitan mengungkap kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan
o Kemampuan
otak tiap individu tidak sama.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam pembelajaran kognitif terjadi pemrosesan informasi.
Teori ini merupakan gambaran atau model dari kegiatan di dalam otak manusia di
saat memroses suatu informasi. Ketika pemrosesan informasi berlangsung
didalamnya terjadi interaksi antara kondisi-kondisi internal dan
kondisi-kondisi eksternal individu. Dalam suatu kegiatan belajar, seseorang
menerima informasi dan kemudian mengolah informasi tersebut di dalam memori.
Pemrosesan informasi dalam memori manusia diproses dan disimpan dalam 3 (tiga)
tahapan, yaitu Sensory Memory, Short-term Memory, dan Long-term
Memory. Kemudian nantinya terdapat keluaran dari proses informasi tersebut yang
berupa hasil belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Aeni. 2011. Teori Belajar Pemrosesan Informasi.
Online [Tersedia]: http://nuraeni68.blogspot.com/2011/10/makalah-teori-belajar-pemrosesan.html.
4 April 2012
Antika, Linda Tri. Pemrosesan Informasi Gagne dan
Hakekat Hasil Belajar. Online [Tersedia] : http://linda-haffandi.blogspot.com/2011/10/pemrosesan-informasi-gagne-dan-hakikat.html.
4 April 2012
Muhtar, Zulkifli. 2011. Teori Pemrosesan Informasi.
Online [Tersedia]: http://blogzulkifli.wordpress.com/2011/06/08/teori-pemrosesan-informasi/.
4 April 2012
Sutrisno, Joko. 2008. Model Pemrosesan Informasi
dalam Memori. Online [Tersedia]: http://www.erlangga.co.id/pendidikan/486-example-pages-and-menu-links.html.
4 April 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar